Bondowoso,Mitra-Jatim.com- Perdebatan yang mengemuka akibat berita hoax
makin meresahkan. Kelompok gabungan yang menamakan dirinya sebagai
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menjabarkan beberapa langkah
yang bisa diterapkan pengguna internet untuk mengetahui sebuah informasi yang
layak dibaca atau tidak.
Dalam buku panduan yang dirilis Mafindo setidaknya ada cara yang patut diperhatikan mengantisipasi kualitas informasi di media sosial.
Dalam buku panduan yang dirilis Mafindo setidaknya ada cara yang patut diperhatikan mengantisipasi kualitas informasi di media sosial.
"Memeriksa ulang judul berita provokatif. Judul berita yang kerap dipakai sebagai jendela untuk mengintip keseluruhan tulisan. Namun tak jarang hal itu dimanfaatkan para penyebar berita palsu untuk melancarkan jurus mautnya dengan mendistorsi judul yang provokatif, meski sama sekali tak relevan dengan isi berita. disarankan pembaca untuk lebih hati hati dan mengecek kebenaran dari beritanya, agar informasi yang diterima bukan hasil rekayasa pesanan untuk tujuan tertentu..
Membedakan fakta dengan opini. Pembaca harus teliti tidak menelan mentah-mentah pemberitaan yang bernuansa politik untuk menjatuhkan lawan politik yang lain, seperti pilkada disalah saatu daerah. Sering kali pembaca terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semakin banyak fakta yang termuat di sebuah berita, makin banyak kredibel berita itu.
Cermat membaca korelasi foto dan caption yang provokatif. Foto provokatif dengan imbuhan tulisan yang telah disunting. Cara termudah menguji keabsahan informasi dari foto yang diterima, pembaca bisa membedakan muatan berita untuk menjatuhkan kandidat yg lain.
Ikut serta dalam komunitas daring. Setidaknya ada empat komunitas yang getol memerangi berita palsu. Dengan model crowdsourcing, komunitas itu berusaha menyaring dan mengklarifikasi informasi yang meragukan kebenarannya. Jangan sampai pembaca terkecoh adanya berita Hoax.
Dikatakan inisiator Mafindo Septiaji Eko Nugroho, tempatnya tiap hari menerima 30 aduan berita palsu. Jumlah itu terbilang cukup banyak mengingat sumber daya mereka yanf terbatas.
"Sekarang ini bisa sampai 30-an laporan masuk. Beberapa memang tidak kita masukkan, yang lainnya dibiarkan. Tidak semua laporan ditangani. Namun berita di medsos menjadi "viral", setelah ditelusuri berita tersebut bertujuan menggiring opini masyarakat. Tujuanya" agar masyarakat kehilangan simpati pada salah satu kandidat. Saat ini opini tersebut berbalik, masyarakat berbalik "simpati pada orang yang di dholimi" Sebagai masyarakat yang peduli, kita harus lawan dan perangi berita hoax.(redaksi)
Terimakasih atas tanggapan dan komentar anda, kami team Redaksi akan menyaring komentar anda dalam waktu dekat guna kebijakan komonikasi untuk menghindari kata kata kurang pantas, sara, hoax, dan diskriminasi.
Dalam jangka waktu 1x24 jam segera kami balas
Kami tunggu saran dan kritikannya, salam !!!