Malang mitrajatim.com - "Mas, amit, Mas. Kancaku ga ambekan (Mas permisi, Mas. Teman saya tidak bernapas," cerita suporter Arema, Devandra Abi Prasetyo, mengingat kondisi yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Hasil Arema vs Persebaya tak lagi penting seiring data korban yang meninggal nyawa terus meningkat mencapai 187 orang. Devandra Abi malam itu masuk melalui gate 3 atau berada di tribune utara. Ikut berjibun dengan ribuan suporter lainnya tetapi tak turun ke lapangan usai laga.
Selepas aparat keamanan melepas tembakan gas air mata, suporter panik, tunggang langgang berlarian secara sporadis. Tak butuh waktu lama, gas air mata memakan korban sesak napas. "Ambulance woi, ambulance! Kancaku selak mati (temanku keburu mati)."
Kalimat itu terdengar di telinga Abi tiga kali saat kerusuhan terjadi. "Aku harus keluar!" ungkap Abi dalam hati. Bukan dia tak peduli dengan suporter lainnya, tetapi menyelamatkan diri jadi prioritasnya saat itu. "Saya memutuskan keluar sebelum chaos terjadi, menjadi keputusan yang tepat, Saya tak bisa membayangkan telat keluar beberapa menit saja," ungkap dia.
Detik-detik kerusuhan yang terjadi diwarnai suara-suara petasan dan kepulan asap dari gas air mata. Abi tak terpapar, tapi kondisi sekelilingnya kacau. "Celakanya, di luar pun sama. Di luar tetap ditembaki (gas air mata).
Sampai harus berlindung di kios orang," cerita dia. Dalam video yang beredar, banyak yang menunjukkan situasi di tribune selatan. Nyatanya, sisi utara tak lepas dari kepungan asap gas air mata."Kena mas," cerita dia soal kondisi di tribune utara ditembaki gas air mata. "Beberapa menit setelah saya keluar, orang-orang sudah semburat (kacau balau), injek-injekan keluar dari pintu yang sempit itu," terangnya.
"Pergi" Sebelum Kembali Mereka yang masuk dalam daftar korban sudah "pergi". Hanya nama yang tersisa ke pangkuan keluarga mereka. Abi, berada di tengah tragedi Kanjuruhan, tak menampik banyaknya korban meregang nyawa. "Tanpa pertolongan yang layak dan sulitnya akses ke rumah sakit, mungkin orang-orang itu sudah 'pergi' sebelum sampai."Sejauh ini, yang beredar di media sosial kejadian di dalam stadion. Di luar (stadion) lebih daripada itu," terang dia. Berhenti Menjadi Suporter Tragedi Kanjuruhan abadi, baik dalam ingatan maupun catatan sejarah kelam sepak bola Indonesia. (Red)
Terimakasih atas tanggapan dan komentar anda, kami team Redaksi akan menyaring komentar anda dalam waktu dekat guna kebijakan komonikasi untuk menghindari kata kata kurang pantas, sara, hoax, dan diskriminasi.
Dalam jangka waktu 1x24 jam segera kami balas
Kami tunggu saran dan kritikannya, salam !!!