Situbondo, MITRAJATIM.COM - Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kekhilafan, akhirnya berdampak luas pada citra sekolah secara keseluruhan. Peribahasa ini, nampaknya mampu melukiskan segudang prestasi yang berhasil ditorehkan oleh SMA Negeri 1 (SMASA) Situbondo, namun berbanding terbalik atas sikap oknum yang diduga mencoreng dunia pendidikan.
Betapa tidak, ratusan capaian menakjubkan yang sempat mendapat pujian dari Bupati Situbondo Karna Suswandi belum lama ini, sontak digemparkan oleh siswa-siswinya sendiri yang memprotes dan menginginkan agar Marta Mila Sughesti copot dari jabatannya sebagai kepala SMA Negeri 1 Situbondo.
Hal itu tentu menjadi aib bersejarah yang sangat memalukan bagi SMASA untuk ke depannya. Mengingat, kepala sekolah bukannya didukung dan diberikan apresiasi positif, tapi malah disodori bingkisan persoalan yang sangat mencoreng nama baik lingkungan sekolahnya.
Kondisi miris ini, memperoleh atensi langsung dari ketua LSM Perjuangan Rakyat Rachmad Hartadi beberapa waktu sebelumnya. Bahkan dengan nada geram, ia setuju jika seorang Marta Mila Sughesti mengundurkan diri sebagai kepala sekolah.
"Menurut saya (Pengunduran diri Marta Mila Sughesti menjadi kepala SMASA) itu harapan yang lebih baik, agar tidak berkembang lagi permasalahan yang muncul untuk berikutnya," kata Hartadi, saat dikonfirmasi awak media baru-baru ini.
Menurut pria yang familiar dipanggil Songot beracun itu, aksi perseteruan yang dilancarkan sejumlah murid di SMAN 1, ditengarai karena kebijakan oknum kepala sekolah yang diduga tidak memihak kepentingan anak didiknya.
"Karena di masa-masa pemerintahan kepala SMASA dulu sampai sekarang, tidak ada gejolak dari siswa melakukan demo. Baru kepala sekolah sekarang ini, ada gejolak. Jadi, nama baik dari SMASA menjadi sekolah unggulan, tercoreng karena ini," jelas Hartadi, Jum’at, (05/01/2024) lalu.
Dari hasil informasi yang diterima, kekisruhan internal satuan pendidikan yang familiar disebut SMASA ini, berawal dari pihak sekolahan bersama DLH Situbondo yang melakukan penebangan pohon di zona hijau sebanyak beberapa kali.
Tidak hanya itu, bahkan marching band yang menjadi ekstra kurikuler kebanggaan murid SMAN 1 ini, disebut-sebut telah ditiadakan. Hal itulah yang memicu sebagian besar murid merasa terganggu dan tidak nyaman. Sehingga imbasnya, mereka melakukan aksi sebagai bentuk protes melalui orasi keberatan sembari memajang tulisan reaksioner pada Kamis, (04/01/2024) lalu.
Lebih lanjut, wartawan media ini mengkonfirmasi Hermawan selaku wakil kepala SMAN 1. Namun disaat memberikan pernyataan, pihaknya malah mengaku kasihan terhadap muridnya yang telah melakukan demo. Menurutnya dengan aksi protes keras itu, khawatirnya dapat mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mereka.
"Demo nya cuma pasang-pasang poster/pamflet. Selama tidak mengganggu KBM anak-anak, sebenarnya tidak masalah. Tapi disaat mengganggu, itu kita malah kasihan. Apalagi kelas XII ini, yang waktu belajar nya sudah mepet. Kita kasihan sebenarnya," terang Hermawan, wakil kepala SMAN 1 Situbondo.
Meski pada Ahad (07/01/2024) sudah dikonfirmasi via pesan WhatsApp sebelumnya, namun Marta Mila Sughesti masih bungkam dan belum memberikan tanggapan terkait aksi kericuhan murid yang berupaya melengserkan jabatannya. Keterangan baru diperoleh, ketika wartawan media ini pada Rabu, (10/01/2024) menelpon Marta Mila Sughesti untuk meminta klarifikasi.
"Jadi kami mungkin belum bisa ngasih tanggapan, ya Mas. Biar kami nanti mikir kondusif nya anak-anak dulu nggih," singkat kepala SMAN 1 Situbondo, Marta Mila Sughesti.
Laporan: Agung Ch
Terimakasih atas tanggapan dan komentar anda, kami team Redaksi akan menyaring komentar anda dalam waktu dekat guna kebijakan komonikasi untuk menghindari kata kata kurang pantas, sara, hoax, dan diskriminasi.
Dalam jangka waktu 1x24 jam segera kami balas
Kami tunggu saran dan kritikannya, salam !!!